Hari ini Papa dan Mama Raka beserta kedua saudaranya pindah rumah
dikarenakan tempat kerja Papa Raka lebih dekat dari rumah barunya ini dan juga
tempat yang baru untuk bahan tulisan novel Mama Raka.
“Ayo anak-anak,
bantu Papa mengangkat kardus-kardus ini !” seru Papa Raka setelah tiba di Rumah
yang baru. Rani adik Raka yang masih berusia 11 tahun itupun dengan senang
membantu Papanya mengangkat kardus-kardus itu.
“Ma, setelah
mengangkat semua kardus-kardus ini, aku bolehkan berkeliling di Rumah ini ?” tanya
Raka. “Boleh sayang, tapi jangan sampai kamu keluar jauh-jauh yah ?” kata Mama
Raka sambil menyusun kardus-kardus barang.
Setelah
kardus-kardus barang telah tersusun rapih, Raka pun pergi mengelilingi seisi
rumah yang cukup luas itu. Tampak dari jendela, letak rumah tetangga cukup jauh
dari rumahnya. “Ma, kenapa rumah kita seperi terasingkan ? Coba lihat deh rumah
tetangga-tetangga kita, kenapa rumah mereka cukup jauh dari rumah kita ?” tanya
Raka penasaran. “Hmm… Kamu juga memperhatikannya, yah ? Mama juga tidak tahu
sebabnya.” jawab Mama Raka sambil menyusui adik Raka yang masih 7 bulan.
Pukul 07.00
malam, keluarga Raka makan malam. Saat mereka semua makan, tiba-tiba “Ma, Pa.
Apa kalian lihat teman baruku ini ?” kata Rani sambil menunjuk sofa tua yang masih
tersimpan di Rumah itu. Papa dan Mama Raka mengira itu hanya khayalan seorang
anak kecil dan mereka pun hanya tersenyum. “Oh, yah ? Kenalin ke Papa dong.”
canda Papa.
Pukul 09.00 malam
semua orang sudah tertidur, kecuali Raka yang masih memikirkan kata-kata Rani
tadi. Raka bukan anak yang penakut, tetapi dia memang merasakan ada yang aneh
dengan rumah barunya ini. Ia bergegas ke kamar Rani untuk menanyakan tentang
teman baru khayalannya itu.
Setelah sampai di
kamar Rani, terdengar suara sayup-sayup orang yang sedang mengobrol. Betapa
terkejutnya Raka yang melihat adiknya duduk dikasurnya sambil berbicara. “Rani
! Sama siapa kamu mengobrol ? Dia siapa ?” tanya Raka penasaran. “Namanya Elma,
kak. Dia sudah lama tinggal di sini.” jawab Rani tersenyum. Dengan wajah pucat
dan kaget Raka menghampiri adiknya dan menyuruhnya bergegas untuk tidur.
Paginya, “Pa,
sepertinya ada yang aneh dengan rumah baru kita ini.” kata Raka saat sarapan
sebelum berangkat ke Sekolah. “Aneh ?
Aneh apa kak ? Kakak bermaksud mengatai aneh teman baruku ini ?” kata Rani
kesal. “Eh… kok malah bertengkar. Tidak ada yang aneh dengan rumah ini, yang
aneh itu kamu Raka yang tiba-tiba menjadi anak penakut.” kata Papa Raka tertawa
kecil. Tak ada yang mempercayai Raka tentang keanehan Rumah barunya ini atau
mungkin ini memang hanya perasaan Raka saja yang belum beradaptasi dengan rumah
barunya ini.
Sesudah sarapan Raka berdiri dari
tempat duduknya dan menyalami tangan Ibunya. “Ma, Raka pergi dulu yah ?” kata
Raka. Di depan pintu, Raka melihat anak perempuan yang sedang duduk di halaman rumahnya
sambil bermain dengan boneka beruangnya. “Ah, mungkin itu anak tetangga yang
sedang jalan-jalan pagi.” batin Raka sambil memalingkan wajahnya dari anak
perempuan itu. “Elma, aku pergi sekolah dulu, yah ! Tunggu aku pulang.” seru Rani
yang membuat Raka tiba-tiba menjadi pucat. Ketika Raka memalingkan wajahnya ke
anak itu lagi, anak perempuan itu sudah menghilang. “Jelas ini bukan sebuah
khayalan Rani saja. Aku juga bisa melihat Elma.” Kata Raka dalam hati. Sepulang
sekolah nanti Raka ingin memberanikan diri untuk mencari tahu siapa sosok Elma
itu sebenarnya.
Tamat (Part
I)
lumayan bagus..tapi ceritanya umum...
BalasHapus